Lagu Ikrar Iwan Fals: Narasi Kritik Komitmen terhadap Janji.

Rabu, 12 Maret 2025 18:01 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content
Iwan Fals - Belum Ada Judul
Iklan

Ini bukan sekedar lagu yang berkisah tentang cinta dan perpisahan, tapi juga metafora kuat tentang tanggung jawab personal dan sosial.

***

Artikel ini menganalisis lagu Ikrar karya Iwan Fals sebagai narasi yang mengandung kritik mendalam terhadap komitmen dan janji. Melalui pendekatan analisis wacana kritis dan teori Fundamental Caring Lingual (FCL), penelitian ini mengungkap bagaimana lagu tersebut tidak hanyak bercerita tentang cinta dan perpisahan, tetapi juga menjadi metafora yang kuat tentang tanggung jawab personal dan sosial.

Artikel ini menunjukkan bagaimana Iwan Fals, sebagai seorang seniman kritik sosial, menggunakan medium romantisme untuk menyampaikan pesan yang lebih luas tentang integritas dan konsistensi.

Lagu Ikrar adalah salah satu karya Iwan Fals yang memiliki dimensi makna berlapis. Secara permukaan, lagu ini tampak sebagai ungkapan cinta seorang suami kepada istrinya di tengah perpisahan. Namun, bila dikaji lebih dalam, lagu ini juga dapat dibaca sebagai narasi kritis terhadap konsep komitmen dan janji—baik dalam konteks personal maupun sosial-politik.

Iwan Fals, sebagai seniman yang dikenal dengan kritik sosialnya, sering menggunakan metafora dan simbolisme dalam karya-karyanya untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam. "Ikrar" menjadi contoh bagaimana narasi romantis dapat menjadi wadah untuk kritik sosial yang subtil namun tajam.

Analisis Lirik dan Makna

Dimensi Personal: Komitmen dalam Hubungan

Pada dimensi personal, "Ikrar" berbicara tentang komitmen dalam hubungan. Bait pembuka "Meniti hari meniti waktu, membelah langit belah samudera" menggambarkan perjalanan panjang dan penuh tantangan. Frasa "Ikhlaslah sayang ku kirim kembang" dan "Tunggu aku... tunggu aku" mengisyaratkan perpisahan yang tidak diinginkan namun tidak terhindarkan.

Bait "Kutitipkan semua yang ku tinggalkan, kau jagalah semua yang mesti kau jaga" menunjukkan delegasi tanggung jawab dan kepercayaan. Pengulangan "Permataku aku percaya padamu" menekankan komitmen dan kepercayaan yang menjadi fondasi hubungan tersebut.

Dimensi Sosial-Politik: Kritik Terhadap Janji

Bila dibaca dalam konteks sosial-politik, lagu ini dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap janji-janji yang sering tidak ditepati. Frasa "Kutitipkan semua yang ku tinggalkan" dapat dipahami sebagai metafora untuk kekuasaan dan tanggung jawab yang dititipkan rakyat kepada pemimpin atau wakil mereka.

Pengulangan "Permataku aku percaya padamu" menjadi ironi yang menyentil kepercayaan yang diberikan namun sering dikhianati. "Suamimu suami yang baik" dapat dibaca sebagai sinisme terhadap citra yang dibangun oleh figur publik, yang kemudian tidak konsisten dengan tindakan mereka.

Konteks Historis dan Sosial

Untuk memahami dimensi kritik dalam "Ikrar", penting untuk menempatkannya dalam konteks historis ketika lagu ini diciptakan. Iwan Fals adalah seorang musisi protes yang aktif pada masa Orde Baru—rezim yang kerap dikritik karena inkonsistensi antara janji dan implementasi kebijakan.

"Ikrar" menjadi cermin dari fenomena sosial di mana janji-janji politik seringkali tidak ditepati. Lagu ini menggunakan narasi personal sebagai kamufase untuk kritik yang lebih luas, strategi yang umum digunakan dalam karya seni di bawah rezim yang represif.

Relevansi Kontemporer

Meskipun diciptakan beberapa dekade lalu, "Ikrar" tetap relevan dalam konteks kontemporer. Di era post-truth dan media sosial, di mana janji-janji dibuat dan dilupakan dengan mudah, lagu ini mengingatkan kembali tentang pentingnya integritas dan konsistensi.

Repetisi "Permataku aku percaya padamu" yang menjadi puncak lagu dapat dipahami sebagai pengingat akan tanggung jawab yang menyertai kepercayaan—tema yang tetap krusial dalam berbagai konteks, dari hubungan personal hingga tata kelola pemerintahan.

"Ikrar" karya Iwan Fals melampaui sekadar lagu tentang cinta dan perpisahan. Melalui analisis kritis, kita dapat melihat bagaimana lagu ini menjadi narasi yang mengkritisi komitmen dan janji. Dengan menggunakan bahasa yang puitis dan penuh empati, Iwan Fals berhasil menyampaikan kritik sosial yang mendalam namun subtil.

Dalam perspektif Feminisme, lagu ini menunjukkan bagaimana bahasa yang mengedepankan kepedulian dapat menjadi medium yang efektif untuk kritik transformatif. "Ikrar" tetap menjadi pengingat yang kuat tentang pentingnya menjaga komitmen dan menepati janji—baik dalam konteks personal maupun sosial.

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
A.W. Al-faiz

Penulis Indonesiana

1 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler

Artikel Terbaru

img-content
img-content
img-content
Lihat semua

Terpopuler di Hiburan

Lihat semua